This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 20 Juni 2015

Keindahan Alami Danau Gunung Tujuh Jambi

Danau Gunung Tujuh berada dalam kawasan Taman Nasional Kerinci yang terletak di Propinsi Jambi, tepatnya di Desa Pelampek, Kecamatan Ayu Aro, Kabupaten Kerinci. Danau ini memiliki ketinggian 1.950 meter atau sekitar 2 km diatas permukaan air laut.

Dengan ketinggian hampir 2 km ini, membuat air danau menjadi sangat dingin, sehingga menjadikannya sebuah tantangan bagi teman-teman yang ingin berendam di air danau ini. Selain itu, danau gunung tujuh ini merupakan salah satu danau vulkanik tertinggi di Indonesia.

Sesuai dengan namanya yaitu Danau Gunung Tujuh, danau ini dikelilingi oleh tujuh buah gunung yaitu Gunung Hulu Tebo dengan ketinggian 2.525 mdpl, Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl), Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut (2.350 mdpl) dan gunung lumut ini banyak tumbuh berbagai jenis lumut sehingga diberi nama Gunung Lumut, Gunung Selasih (2.230 mdpl).



pemandangan danau gunung tujuh di pagi hari

Wisata andalan dari Danau Gunung Tujuh ini adalah panoramanya yang menakjubkan dan alamnya yang masih sangat alami, sehingga udara disekitar terasa sangat sejuk. Untuk teman-teman yang hobi mendaki dan mencari pemandangan yang alami,  Danau Gunung Tujuh ini sangat cocok untuk dikunjungi.

Untuk mencapai Danau Gunung Tujuh ini cukup jauh jaraknya. Terlebih dahulu teman-teman harus menuju Sungai Penuh yang berjarak kurang lebih 500 Km dan dapat dilakukan dengan menggunakan transportasi umum atau dengan mobil pribadi. Setelah sampai di di Sungai Penuh, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Pelompek di Kecamatan Kayu Aro yang berjarak kurang lebih 50 Km. Untuk menuju Danau Gunung Tujuh, ada dua rute yang bisa ditempuh oleh teman-teman, yaitu :
  1. Dari pos jaga kawasan Gunung Tujuh menuju ke tepi danau yang berjarak kurang lebih 3 Km dengan lama perjalanan sekitar 2,5 jam sampai dengan 3 jam. Rute ini lebih landai dan bersahabat namun memerlukan waktu lebih lama.
  2. Dari belakang wisma tamu menuju ke tepi danau yang berjarak kurang lebih 2,5 Km, rute yang akan ditempuh lebih curam dan terjal namun bisa lebih cepat.
pemandangan danau gunung tujuh di sore hari

Panorama alam di Danau  Gunung Tujuh ini masih sangat alami, dengan udaranya yang sangat sejuk, karena danau ini masih sepi dan jarang didatangi oleh pengunjung, sehingga sarana prasarana akomodasi seperti hotel berbintang akan sulit ditemukan disini.

Tapi teman-teman jangan khawatir, bagi teman-teman yang datang secara berkelompok, maka mendirikan tenda di tepi danau akan sangat mengasikkan, namun bagi teman-teman yang datang sendiri dan ingin menginap, terdapat hotel kelas melati atau homestay yang banyak didirikan oleh penduduk sekitar.

Kamis, 18 Juni 2015

Pengalaman Mendaki Gunung (Bagian 2)

Bagi teman-teman yang memiliki hobi mendaki gunung, tentu memiliki banyak cerita dan pengalaman masing-masing saat melakukan pendakian gunung. Baik itu cerita atau pengalaman yang menyedihkan, mengesalkan dan menjengkelkan atau yang menyenangkan dan menggembirakan.

Walaupun mendaki gunung bukan termasuk hobi saya, namun sesekali saya bersama beberapa orang teman melakukan kegiatan mendaki gunung ini. Biasanya kami lakukan pada saat waktu libur kuliah, dan gunung yang akan kami daki tidak terlalu jauh lokasinya, masih berada di dalam kawasan propinsi Jawa Timur.

Sebelumnya saya bercerita pengalaman saya ketika tersesat saat mendaki gunung ( baca : tersesat di gunung ), dan kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya yang lain saat melakukan pendakian gunung Argopuro di Probolinggo bersama dengan teman-teman kuliahku.

lakukan persiapan yang baik sebelum mendaki gunung

Saya dan teman-teman bukanlah anggota Pencinta Alam yang biasanya terdapat pada kampus-kampus atau sekaolah-sekolah. Kami mendaki gunung saat kami ingin melakukannya, seperti biasanya kami melakukan persiapan sebelum melakukan pendakian gunung Argopuro ini. Namun, tidak seperti pendaki lain yang sudah berpengalaman, persiapan bekal kami hanyalah mie bungkus, tanpa ada yang lain.

Selama beberapa hari mendaki gunung Argopuro yang terletak di Probolinggo, kami hanya makan mie bungkus yang sudah kami bawa, sehingga sehari setelah turun dari puncak gunung, kami semua merasa sangat bosan karena hanya makan mie bungkus selama beberapa hari. 

Salah seorang temanku mengusulkan agar salah satu dari kami untuk melakukan perjalanan cepat turun ke desa terakhir dan membeli makanan yang sebenarnya, bukan hanya mie bungkus. Setelah kami berunding, salah seorang teman mengajukan diri untuk melakukan hal itu, karena dia masih merasa cukup kuat.

Agak lama kami menunggu teman kami yang turun ke desa terakhir untuk membeli makanan tersebut, setelah cukup lama akhirnya teman saya tersebut datang dengan membawa beberapa bungkus nasi. Rupanya dia mengalami kesulitan saat hendak membeli nasi di terakhir yang ada di kaki gunung. 

Penduduk desa tersebut kebanyakan adalah orang Madura yang masih jarang fasih menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan temanku adalah orang Lombok yang tidak mengerti sama sekali bahasa Madura. Awalnya temanku dan penjual nasi saling berbicara dengan bahasa isyarat, namun tidak lama kemudian ada seorang anak yang baru pulang sekolah, dengan bantuan anak sekolah tersebut sebagai penterjemah, akhirnya komunikasi antara temanku dan penjual nasi tersebut bisa berjalan lancar.

Dari pengalaman ini, saya dapat mengambil beberapa pelajaran diantaranya adalah :
  • Lakukan persiapan yang matang sebelum mendaki gunung, baik persiapan alat dan peralatan, perbekalan, dan juga persiapan mental dan badan.
  • Kebanyakan penduduk desa yang tinggal di kaki gunung merupakan penduduk yang masih agak tertinggal, namun mereka sangat ramah terhadap semua pendatang yang melewati desa mereka, jadi berusahalah untuk bersikap baik terhadap mereka, tentu mereka akan lebih ramah kepada kita.
  • Persiapan perbekalan saat hendaki gunung sangat perlu, persiapkan bekal makanan yang baik dan cukup, sesuai dengan perkiraan waktu dan lama perjalanan. Jangan sampai kehabisan bekal dalam perjalanan karena hal ini tentu akan sangat merepotkan dan kemungkinan bisa berakibat fatal.

Minggu, 14 Juni 2015

Pengalamanku Mendaki Gunung (bagian 1)

Bagi sebagian orang, mendaki gunung adalah pekerjaan yang sia-sia atau hanya membuang-buang waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Namun tidak demikian hal nya dengan teman-teman yang memiliki hobi mendaki gunung. Karena pada saat mendaki gunung, banyak hal, kejadian dan pengalaman yang bisa didapatkan.

Saat kuliah, aku sering pergi mendaki gunung, mulai dari gunung yang tidak terlalu tinggi, hingga yang tinggi. Banyak kejadian dan pengalaman yang aku dapatkan saat mendaki gunung. Selain itu aku juga bisa mendapatkan kenalan dan teman baru dari berbagai daerah yang kebetulan sama-sama mendaki gunung.

Walaupun peralatan mendaki gunung tidak lengkap dan memadai, namun aku dan beberapa orang teman tetap menikmati kegiatan mendaki gunung ini. Persiapan mendaki gunung yang kami lakukan pun hanya sekedarnya, karena memang mendaki gunung bukanlah hobi utama kami, namun kami menikmati waktu saat mendaki gunung.

Pengalaman yang pernah aku dapatkan saat mendaki gunung diantaranya adalah, aku dan teman-temanku pernah tersesat selama kurang lebih 5 hari, namun saat itu kami bisa bertindak normal dan tidak panik. Selama 5 hari tersesat, banyak pengalaman baru yang kami rasakan. Misalnya kami harus menghemat betul-betul persedian air minum yang ada, sedangkan bahan makanan kami sudah habis. Selain itu, kami juga harus tidur di tebing yang agak curam, karena saat itu kami belum menemukan jalan setapak.


persiapan peralatan dan perbekalan mendaki gunung

Saat itu kami mendaki gunung Arjuna, sesaat setelah mencapai puncak dan dalam perjalanan turun, kami berinisiatif untuk melanjutkan perjalanan ke gunung Welirang yang berada tidak jauh dari gunung Arjuna. Walaupun kami belum pernah melakukan perjalanan langsung dari gunung Arjuna ke Welirang, namun kami ingin mencobanya.

Bersama dengan beberapa kenalan baru saat berada di gunung Arjuna, kami berjalan menuju gunung Welirang yang sebelumnya belum pernah kami lalui atau lewati.Perjalanan awalnya normal dan baik-baik saja, namun beberapa jam kemudian setelah hari mulai gelap, kami baru sadar bahwa kami tersesat dan tidak melalui jalan yang seharusnya, hingga akhirnya kami kehilangan jalan setapak. Selain itu, saya dan teman-teman terpisah dengan kenalan baru kami yang berasal dari Jakarta dan Bandung dan entah bagaimana dengan nasib mereka.

Sungguh tersiksa rasanya jika di saat mendaki gunung seperti itu, kita mengalami sesat jalan, bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan tragis. Namun untungnya kami tidak mengalami hal tragis tersebut, walaupun tidak ada perbekalan makanan dan sisa air minum yang ada hanya sedikit, namun kami bisa bertahan hingga 5 hari dan beruntungnya kami bisa menemukan kembali jalan setapak yang menuju ke gunung Welirang.

Dengan sedikit berlari kami bergegas melalui jalan tersebut dengan harapan bisa segera sampai di gunung Welirang dan menemukan sumber air. Harapan kami terkabul, tidak berapa lama setelah kami berjalan, kami sampai di basecamp yang berada di gunung Welirang.


kegiatan mendaki gunung


Di basecamp tersebut dekat dengan sumber mata air, sehingga kami bisa minum dengan sepuasnya untuk menghilangkan dahaga kami selama beberapa hari tersesat. Dari pengalaman ini, saya bisa mengambil hikmah bahwa kegiatan mendaki gunung bukanlah kegiatan main-main. Semua harus dipersiapkan dengan baik, mulai dari peralatan mendaki gunung, perbekalan, dan pengetahuan mengenai jalur yang akan dilewati. Semoga teman-teman yang akan mendaki gunung tidak sampai mengalami kejadian atau pengalaman seperti ini yaitu tersesat hingga 5 hari.

Sayangnya saat itu sekitar tahun 1997 an, belum jamannya handphone atau gadget dengan kamera yang bagus dan canggih seperti saat ini, sehingga saya tidak memiliki dokumentasinya.

Senin, 01 Juni 2015

Mengenang Dahsyatnya Letusan Gunung Tambora Tahun 1815

Sejarah gunung Tambora tidak terlepas dari letusan yang sangat dahsyat yang terjadi pada 2 abad atau 200 tahun silam. Tepatnya pada bulan April 1815 yang lalu telah terjadi letusan gunung Tambora yang dampaknya sangat dahsyat, tidak hanya di rasakan oleh Bangsa Indonesia pada saat itu, namun juga berdampak di berbagai belahan dunia lainnya.


tambora menyapa dunia 2015

Lokasi gunung tambora tepatnya berada di Pulau Sumbawa, propinsi Nusa Tenggara Barat – Indonesia, dan terletak di dua kabupaten yaitu kabupaten Bima dan kabupaten Dompu. Pada kabupaten Bima merupakan bagian lereng sisi selatan hingga barat laut dan kaki hingga puncak sisi timur sampai utara, sedangkan di kabupaten Dompu pada kaki sisi selatan sampai barat laut.

Beberapa fakta yang terjadi dan diakibatkan letusan gunung tambora ini diantaranya adalah :

-    Hilangnya tiga kerajaan yang terkubur dalam timbunan erupsi dari letusan gunung tambora ini, yaitu kerajaan tambora, kerajaan Pekat dan kerajaan Sanggar.

-    Letusan gunung Tambora menghasilkan sekitar 400 juta ton awan panas yang menyebabkan bumi tidak mengalami musim panas pada tahun itu atau yang lebih dikenal dengan istilah “year without summer”.

-    Diperkirakan terdapat sekitar 100 ribu orang yang menjadi korban dari letusan ini

-    Letusan gunung Tambora 10 kali lebih dahsyat dari pada letusan gunung Krakatau dan 100 kali lebih besar dari letusan gunung Vesuvius dan St. Helens.

-    Material erupsi naik hingga 43 km ke atmosfir bumi dan mengeluarkan batuan panas cair dalam bentuk abu dan batu apung dengan volume hingga 100 km kubik.

-    Debu vulkanik ditemukan jatuh di Jawa Timur pada tanggal 6 hingga 10 April 1815, diikuti suara samara seperti ledakan detonator.

-    Pada tanggal 10 dan 11 April 1815 terdengar suara seperti letusan senjata api yang terdengar di Pulau Sumatera yang memiliki jarak sekitar 2600 km dari gunung Tambora.


Untuk mengenang dan memperingat 200 tahun peristiwa meletusnya gunung Tambora ini, Pemerintah Indonesia melalu Pemerintah Daerah Propinsi Nusa Temggara Barat mengadakan even “ Tambora Menyapa Dunia 1815 – 2015 ” dengan beberapa tujuan diantaranya adalah :

1.    Menyebar kesadaran pentingnya pemeliharaan kelestarian alam dan lingkungan di sekitar gununga Tambora dan NTB pada umumnya.

2.    Mengajak semua kalangan untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai bentuk kegiatan di bidang sosial, budaya dan pariwisata.

3.    Sebagai momentum untuk mendorong promosi potensi alam NTB, khususnya pulau Sumbawa di tingkat regional dan internasional serta berkembangnya kegiatan pariwisata.